
Sumedang – Patroli Indonesia, Rabu (21/05/2025)
Peristiwa longsor yang terjadi di Dusun Pamoyanan, Desa Cipicung, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang pada Selasa (14/05/2025) berdampak serius terhadap akses jalan dan aktivitas ekonomi masyarakat setempat, termasuk kegiatan operasional Perhutani.
Foto galery :




Longsoran tanah sepanjang 30 meter telah menutup satu-satunya akses jalan yang biasa digunakan oleh masyarakat dari beberapa wilayah, di antaranya Dusun Pamoyanan, Desa Talaga Datar, Desa Ciawi, Desa Cisampih (Kecamatan Jatigede), serta Desa Cimanintin (Kecamatan Jatinunggal). Jalur alternatif yang tersedia memaksa warga memutar tiga kali lebih jauh dibandingkan biasanya.
Video terkait :
Suherman, selaku ASPER BKPH Tomo Selatan, menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi tersebut. Ia menekankan pentingnya penanganan cepat agar aktivitas masyarakat dan pengusaha lokal dapat kembali berjalan normal.
“Kami berharap akses jalan ini segera diperbaiki. Jika memang dibutuhkan lahan milik Dinas Kehutanan (DK) untuk pembuatan jalan alternatif, Perhutani tidak keberatan—asal prosedurnya ditempuh secara resmi,” ungkap Suherman kepada awak media Patroli Indonesia.
Hingga berita ini diturunkan, belum tampak penanganan nyata di lapangan. Pemerintah setempat baru memasang garis polisi di sekitar lokasi longsor, tanpa tindak lanjut pengerjaan atau alat berat.
Darja, warga Dusun Pamoyanan, juga mengeluhkan dampak ekonomi yang dirasakan akibat jalur tertutup. Harga bensin dan biaya transportasi meningkat drastis.
“Pelaku usaha jadi rugi. Harga bensin bisa naik tiga kali lipat karena harus muter jauh. Angkutan barang pun jadi lebih lama,” jelasnya.
Dampak signifikan juga dirasakan oleh Perhutani. Aktivitas pengangkutan getah pinus yang sebelumnya bisa dilakukan dalam satu kali lansir langsung, kini harus melalui dua tahap (dipok), dan waktu tempuhnya menjadi dua kali lipat akibat harus memutar ke jalur ekstrem dan berbahaya melalui Desa Cisampih.
“Biasanya 1 jam, sekarang bisa 2 jam karena harus putar dan jalan pun cukup curam. Ini sangat menyulitkan,” tambah Suherman.
Masyarakat dan pelaku usaha mendesak pemerintah daerah serta pihak terkait untuk segera menindaklanjuti bencana ini dengan langkah nyata. Mereka menilai perbaikan jalan bukan hanya soal akses, tetapi menyangkut kelangsungan ekonomi dan kesejahteraan warga pedesaan.
Laporan: Asgun | Patroli Indonesia
Editor: MR